
Di Indonesia tidak ada kesulitan umat Islam untuk menjalankan ajaran
agamanya. Dalam hal ini, partai politik yang ‘mengaku’ Islam hanya
merupakan politisasi Islam.
Kecaman untuk partai politik berbasis
ke-Islaman itu disampaikan aktivis Jamaah Islam Liberal (JIL) Muhammad
Guntur Romli. Melalui akun Twitter @GunRomli, Guntur Romli menegaskan
bahwa ‘Islam itu unggul dan tak terungguli. Dalam hal ini, parpol yang
mengaku Islam tetapi selalu kalah dalam pemilu adalah bukan partai
Islam.
“al-Islamu ya'lu wa la yu'la alayhi, Islam itu unggul dan
tak terungguli, partai yang ngaku-ngaku Islam keok mulu, jadi bukan
partai Islam. Nanti saja kalau menang baru ngaku Islam, kalau sering
kalah jangan bawa-bawa Islam, malu-maluin. Gak ada partai Islam, yang
ada partai ngaku-ngaku Islam, makanya gak laku, berapa jumlah Muslim di
Indonesia, terus berapa persen yang milih partai yang ngaku-ngaku itu”
tulis @GunRomli.
Guntur Romli juga menyesalkan petinggi Partai
Islam yang antikritik. “Nah kalau kritik partai-partai yang bawa-bawa
Islam langsung dituding anti-Islam, kasian banget dia, Islam kok
diidentikkan dengan partai. Ngaku Partai Islam kok korupsi, ngaku Partai
Islam kok nonton film seks di DPR,” tulis @GunRomli.
Diberitakan
sebelumnya, Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil survei terbaru,
Senin (15/10). Berdasarkan survei itu, elektabilitas Partai Golkar
berada di atas dengan 18,1 persen, diikuti PDI-P (14,4 persen), Gerindra
(12,5), Demokrat (5,9), Hanura (5,6), dan Partai NasDem meraih 5,1
persen. Sedangkan partai Islam menduduki peringkat bawah survei
elektabilitas. PKS hanya memperoleh 4,4 persen, PKB (2,8), PAN (2,3) dan
PPP 2,2 persen.
Direktur Eksekutif LSN, Umar S. Bakry
mengatakan, penurunan suara itu disebabkan karena partai Islam terlalu
yakin mempunyai konstituen tetap yang loyal terhadap partainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar